JAKARTA– Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) angkat bicara terkait isue rencana operator pelayaran kontainer domestik yang akan memberlakukan sistem floating booking space khusus, pada awal Januari 2022.
Ketua Umum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi, mengatakan sistem booking yang dilakukan secara langsung ke mitra maupun melalui forwarder anggota ALFI tersebut akan berpotensi semakin naiknya tarif angkutan kontainer domestik.
“Padahal sebelum sistem itu dilakukan-pun, dalam waktu lima bulan terakhir ini juga telah terjadi kenaikan tarif pengiriman kontainer domestik hingga 80 persen, lantaran isue-nya kontainer tersedia tetapi ruang (space) di kapal tidak ada,” ujar Yukki melalui keterangan tertulisnya yang diterima logistiknews.id, pada Senin (13/12/2021).
Yukki mengungkapkan, kenaikkan tarif angkut kontainer domestik (freigjt) sebetulnya sudah terjadi terutama pada beberapa tujuan atau dari kota-kota besar di wilayah Timur seperti Makasar yang kenaikkanya 20-80 persen dan kisaran 30-60 persen untuk ke dan dari pelabuhan Belawan Sumatera Utara.
Pihaknya pun memperkirakan kenaikan tarif pengiriman logistik domestik tersebut akan berlanjut hingga pertengahan tahun 2022. Oleh karenanya, para pemilik barang maupun perusahan forwarder anggota ALFI juga menunggu transparansi kenaikkan freight tersebut dari perusahaan pelayaran.
“Hal ini sudah saya sampaikan kepada semua Ketua Umum Daerah di 34 Propinsi kita (ALFI) juga harus terbuka sampaikan hal ini kepada pemilik barang secara terbuka,” ucapnya.
Pasalnya, kata Yukki, kenaikan freight kontainer domestik tersebut sudah berimbas pada beberapa perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman yang menyatakan akan menaikkan harga barangnya.
Secara terpisah, Direktur Operasi PT Temas Line Tbk, Capt Japie E Tasijam, mengemukakan kondisi saat ini unit-unit kontainer untuk domestik masih mencukupi alias tidak kurang, dan hanya kapal-kapalnya saja yang berkurang lantaran beberapa diantaranya dioperasikan pada rute internasional.
“Dalam kondisi sulit seperti sekarang, kalau tujuannya adalah kecepatan dan Kelancaran distribusi barang atau komoditi. Karena kapal yang kurang maka Shipping Line tidak bisa sendiri mengatasinya, harus ada keterlibatan pihak-pihak terkait seperti Pelindo dan Otoritas Pelabuhan. Misalnya, kapal harus langsung sandar, perlu peningkatan kecepatan bongkar/muat di pelabuhan tujuan sehingga kapal cepat balik ke pelabuhan pangkal untuk dapat muat kembali,” ujar Capt Japie kepada logistiknews.id, pada Senin (13/12/2021).
Solusi & Alternatif
Capt Japie, juga memberikan solusi kepada pelaku usaha logistik untuk mengatasi hal tersebut, yakni supaya pelaku jasa logistik bisa memilih kapal-kapal jenis general cargo/ breakbulk.
Kendati begitu, kata dia, memang ada sedikit resiko terhadap kondisi muatan yang tidak menggunakan kontainer/kapal Kontainer antara lain; waktu bongkar muat lama, kargo rentan terhadap kerusakan, pelabuhan yang tidak memiliki gudang penyimpanan. Dengan begitu, maka kargo atau komoditi yang dibongkar harus langsung ke fasilitas gudang penerima.
“Atau perusahaan logistik bisa bekerjasama dengan Shipping Line yang memiliki kontainer untuk dapat memakai kontainer nya. Bisa juga dengan cara menyewa kontainer di perusahaan Leasing dan nantinya dimuat di kapal General Cargo, walaupun kapal tersebut tidak bisa muat full kapasitas,” ucap Capt. Japie.
Sebelumnya, Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI) Sugi Purnoto menyoroti, beberapa perusahaan pelayaran domestik akan memberlakukan sistem floating booking space khusus untuk pengiriman kontainer mulai Januari 2022.
Sistem tersebut diberlakukan pelayaran nasional angkutan kontainer domestik kepada para pelanggannya baik yang melakukan booking langsung ke pelayaran maupun yang melalui jasa forwarder nasional.(*)