LOGISTIKNEWS.ID – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan, kondisi sektor manufaktur di Indonesia terus membaik lantaran juga didukung dari beragam kebijakan strategis pemerintah yang telah berjalan secara on the right track.
“Laju industri manufaktur kita bisa lebih cepat di akhir tahun 2023. Kami juga optimistis di tahun 2024 bisa lebih baik lagi,” ujarnya, melalui keterangan resmi Kemenperin dikutip Rabu (3/1/2024).
Namun, Menperin menjelaskan, terdapat kebijakan yang belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan sektor industri, antara lain penerapan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Masih banyak perusahaan industri yang belum menerima manfaat harga gas USD6 per MMBTU.
“Pada tahun 2023, hanya 76,95 persen di Jawa Bagian Barat atau hanya sekitar 939,4 BBTUD dibayar dengan harga USD 6,5 per MMBTU, sisanya harus dibayar dengan harga normal sebesar USD 9,12 per MMBTU,” ucapnya.
Tak hanya itu, kata dia, dalam pelaksanaannya masih banyak sektor industri yang memperoleh volume gas lebih rendah atau tidak sesuai dengan jumlah yang sudah menjadi kontrak antara industri dan pihak penyedia.
“Kebijakan HGBT memang dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang kami inginkan, jauh dari ideal di mata kami. Oleh karenanya, carut marut terkait HGBT ini tentu mengurangi daya saing industri kita,” papar Agus.
Menperin menambahkan, kebijakan lainnya yang dibutuhkan adalah pengendalian impor. Dia meyakini, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia bisa jauh lebih tinggi apabila pelaksanaan HGBT berjalan baik, dan pengendalian impor berjalan baik.
“Sebab, ada opportunity lost yang dihadapi sektor manufaktur kita akibat kedua hal tersebut. Selain itu, perlu didukung kebijakan untuk menjaga ketersediaan bahan baku sehingga sektor industri manufaktur kita tetap berproduksi dengan baik dalam memenuhi pasar domestik dan ekspor,” tuturnya.
Menperin mengatakan, catatan positif PMI Manufaktur Indonesia pada akhir tahun sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di Desember 2023 dengan capaian 51,32 poin atau konsisten selama lebih dari 13 bulan sejak diluncurkan IKI, dan masih berada dalam fase ekspansi.
Kemenperin, imbuh Agus, juga membidik target pertumbuhan industri pengolahan manufaktur sebesar 5,80 persen pada 2024, atau lebih tinggi dari target 4,81 persen di tahun 2023.
Bahkan S&P Global, dalam laporannya menyatakan, ekspansi PMI Manufaktur Indonesia pada bulan terakhir 2023 karena adanya permintaan yang cukup tinggi, termasuk dari luar negeri.
“Hal ini mendorong pertumbuhan produksi lebih cepat dan penambahan jumlah tenaga kerja,” ujar Menperin.[syf]