Ketua GPEI DKI Irwandy Optimistis Kinerja Ekspor 2023 Tumbuh, Namun Masih Dibawah 10%

  • Share
Irwandy MA Rajabasa (foto:dok Logistiknews.id)

LOGISTIKNEWS.ID – Pelaku ekspor di tanah air tetap optimistis kinerja ekspor pada tahun ini bisa tumbuh positif, meskipun ditengah isue ketidakpastian (resesi) ekonomi global maupun dinamika tahun perpolitikan nasional saat ini.

Pemerintah RI juga telah memproyeksikan nilai ekspor pada 2013 bakal naik di 12,8 persen dan nilai impor di angka 14,9 persen.

Ketua Gabungan Perusahan Ekspor Indonesia (GPEI) DKI Jakarta, Irwandy MA Rajabasa mengemukakan, proyeksi Pemerintah itu terlalu tinggi, apalagi jika merujuk pada kinerja ekspor tahun-tahun sebelumnya.

“Namun bagi kami (pelaku usaha ekspor) harus tetap optimistis kinerja ekspor tahun ini bisa tumbuh, meskipun mungkin sedikit melambat lantaran faktor eksternal (ekonomj global) dan perpolitikan di dalam negeri. Kalau proyeksi kami selaku pelaku ekspor, pertumbuhan kinerja ekspor tahun ini masih dibawah 10 persen,” ujarnya, kepada wartawan, pada Selasa (31/1/2023).

Irwandy menjelaskan, peningkatan ekspor yang terjadi pada tahun lalu (2022) ditunjang hanya oleh sejumlah komoditas utama seperti hasil tambang dan sejenisnya yang diserap di sejumlah negara di dunia. Namun untuk barang-barang industri hasil pabrikan, pertumbuhan ekspornya relatif belum signifikan.

“Kendati begitu, sebagai asosiasi, GPEI juga terus mendorong pertumbuhan ekspor dengan berbagai upaya, salah satunya yakni memacu kompetensi para eksportir nasional melalui pendampingan, pembekalan informasi ekspor dan memperluas pasar ekspor di kancah global kepada perusahaan anggota GPEI,” ucapnya.

Bahkan, imbuhnya, GPEI mendukung sepenuhnya pemanfaatan platform layanan ekspor one-stop service InaExport, dalam rangka memacu kegiatan ekspor nasional dan menumbuhkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di dalam negeri agar mampu berorientasi ekspor.

Dia mengatakan, InaExport menawarkan keuntungan tidak hanya membantu penjualan dan promosi ekspor tapi juga pengembangan UMKM untuk siap menghadapi pasar global.

“Karena itu, GPEI DKI berkomitmen terus mensupport InaExport sejak diluncurkan dan dikembangkan oleh Kementerian Perdagangan, lantaran platform itu bertujuan menjadikannya pelayanan satu pintu (one stop service) fasilitasi ekspor nonmigas untuk menghubungkan dan mempromosikan pelaku usaha atau eksportir Indonesia ke buyer internasional,” ujar Irwandy.

Sebagaimana diketahui, peningkatan nilai perdagangan ekspor Indonesia pada tahun 2022 ditunjang oleh berbagai komoditas utama seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers, usai mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Evaluasi Capaian Ekspor Tahun 2022 dan Target Tahun 2023 yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini mengatakan,  komoditi batu bara bisa mengompensasi impor dari minyak sehingga kita di bidang energi ini positif sebesar hampir USD 6,8 billion secara year to date, sedangkan iron and steel USD 29 billion, dan CPO sekitar USD 30 billion.

Pemerintah pun memproyeksikan pertumbuhan ekspor pada tahun 2023 ini akan tetap tumbuh positif meski lebih melambat daripada tahun lalu. Airlangga menuturkan, pemerintah memproyeksikan nilai ekspor naik di 12,8 persen dan nilai impor di 14,9 persen.

“Tahun 2022 ekspor kita tumbuh 29,4 persen, impor tumbuh 25,37 persen. Tahun depan [2023] diproyeksikan ekspornya, karena kita basisnya sudah tinggi, itu ekspornya naik di 12,8 [persen], impornya 14,9 persen,” ujarnya.

Airlangga mengungkapkan, di dalam ratas Presiden Jokowi menginstruksikan agar pertumbuhan ekspor yang positif ini diikuti dengan peningkatan cadangan devisa. Presiden juga meminta agar Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam dapat diperbaiki.

“Saat ini hanya sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan yang diwajibkan masuk dalam negeri. Nah ini kita akan masukkan juga beberapa sektor termasuk sektor manufaktur. Jadi dengan demikian, kita akan melakukan revisi [PP Nomor 1 Tahun 2019], sehingga tentu kita berharap peningkatan ekspor dan juga surplus neraca perdagangan akan sejalan dengan peningkatan dari cadangan devisa,” kata Airlangga.

Terkait negara tujuan ekspor, Airlangga menyampaikan bahwa Republik Rakyat Tiongkok (RRT) masih menjadi negara dengan pangsa pasar yang tertinggi, diikuti Amerika Serikat, India, Jepang, serta Malaysia. Nilai perdagangan antarnegara anggota ASEAN (intra-ASEAN trade) juga masih cukup tinggi.

“Ini menjadi potensi bagi Indonesia untuk memperkuat pangsa pasar Indonesia di negara ASEAN dan berketetapan dengan Bapak Presiden memegang keketuaan ASEAN. Jadi ini menjadi prioritas yang diarahkan Bapak Presiden,” imbuhnya.

Selain itu, Presiden juga mendorong jajarannya untuk mengeksplorasi dan membuka pasar nontradisional.[am]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *