LOGISTIKNEWS.ID – Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI) bertekad dapat terus eksis di Pelabuhan ditengah persaingan dan tantangan kegiatan jasa bongkar muat dari dan ke kapal maupun aktivitas kepelabuhanan saat ini.
“Perusahaan bongkar muat (PBM) harus meraih trust (kepercayaan) dari pemilik barang. Selain perlu memperluas networking. PBM juga harus pertahankan performance kerjanya ditengah persaingan termasuk soal tarif saat ini. Tantangan lainnya kita juga mesti bersaing namun tetap kolaborasi dengan pemegang BUP (Badan Usaha Pelabuhan),” ujar Ketua Umum DPP APBMI Juswandi Kristanto, dalam Seminar Kemaritiman pada ajang Sea Indonesia, di JIEXPO Kemayoran Jakarta, Rabu (17/5/2023).
Juswandi menegaskan, sesuai PM 59/2021 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Terkait Dengan Angkutan di Perairan, BUP hanya boleh mengerjakan bongkar muat Peti Kemas, Curah kering melalui conveyor, curah cair melalui pipanisasi dan roll on-roll off (Roro).
“Adapun pekerjaan di dermaga konvesional dan multi purpose adalah pekerjaan PBM melalui kerja sama dengan BUP bersifat business to business (B to B) yang saling menguntungkan,” tegas Juswandi.
Dia mengatakan, saat ini PBM anggota APBMI juga berperan mendorong peningkatan perekonomian nasional dan terus berupaya mengefisiensikan layanan logistik melalui layanan jasa bongkar muat di pelabuhan.
“Namun memang perlu diakui bahwa biaya buruh pelabuhan atau tenaga kerja bongkar muat (TKBM) sampai saat ini masih merupakan komponen terbersar dalam biaya bongkar muat. Bahkan dibeberapa daerah lebih 50%-nya biaya bongkar muat itu merupakan biaya TKBM,” ucap Juswandi.
Ketua Umum APBMI yang juga Pimpinan Daisy Group itu menegaskan, saat ini PBM juga dituntut melaksanakan investasi alat bongkar muat mekanis maupun nonmekanis untuk memacu kinerjanya.
“Investasi penting di usaha bongkar muat supaya performance kita tetap prima,” ujar Juswandi.[am]