LOGISTIKNEWS.ID – Penguatan mata uang dollar terhadap rupiah, dirasakan cukup menghantam para pelaku usaha importasi. Selain harga barang di negara asal atau di luar negeri yang mengalami kenaikan signifikan, biaya logistik di dalam negri juga mengalami kenaikan.
Menurut Ketua Umum BPP Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI), Capt Subandi, kondisi itu makin membuat para pelaku importasi kian tersungkur. Akibatnya para importir harus mengurangi volume importasinya dan juga terpaksa menaikan harga jual produk.
“Contohnya biaya THC (terminal handling charges) di pelabuhan yang pengenaannya menggunakan mata uang dollar meskipun transaksinya di konversi rupiah yang kini ikutan melonjak seiring melemahnya rupiah. Selain itu, juga biaya di depo empty yang pengenaan layanannya masih ada yang gunakan hitungan dollar meskipun dikonversi dalam rupiah,” ucap Subandi, kepada Logistiknews.id pada Rabu (25/10/2023).
Baca Juga : GINSI Tak Keberatan Impor Diatur, Tapi Jangan Persulit Dunia Usaha
Disisi lain, imbuhnya, daya beli masyarakat saat ini juga tidak sedang baik-baik saja bahkan cenderung mengalami kemerosotan daya beli.
“Semua kondisi itu membuat industri yang menggunakan bahan baku dari impor juga melakukan unsiszing produk agar tidak rugi,” ungkap Capt Subandi.
Dari sisi pelayanan kepabenan dan cukai, GINSI juga menyayangkan masih terus terjadinya gangguan terhadap sistem Ceisa atau Customs-Excise Information System and Automation yang merupakan sistem untuk memberikan layanan kepada pengguna jasa di Bea Cukai.
Seperti diketahui, seiring berkembangnya teknologi, Bea Cukai meluncurkan portal Ceisa 4.0, suatu sistem yang digunakan untuk membuat dokumen pabean pengganti modul aplikasi seperti Pemberitahuan Impor Barang (PIB), Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan Tempat Penimbunan Berikat (TPB).
Baca Juga : Dear Bea & Cukai, Migrasi Sistem Oke, Normalisasi CIESA-nya Tolong Dikebut Dong…..
Sistem Ceisa 4.0 ini mengakomodir tracking status dan cetak respon secara real time. Pengguna jasa juga dapat mengakses semua proses kepabeanan dalam satu sistem portal. Ceisa 4.0 ini juga dapat diakses menggunakan browser dan tidak perlu menginsal aplikasi khusus di pc atau gadget. Sistem ini juga sudah terintegrasi dengan sistem lainnya seperti kurs mata uang, manifest dan pajak.
“Jujur saja, semua pelaku usaha importasi kini semakin tertekan dan sulit eksis di tengah mata uang rupiah yang terdepresi atas dollar saat ini. Karenanya, Pemerintah harus segara ambil action cepat dan komprehensif agar kegiatan ekonomi tetap bisa berjalan,” ucap capt Subandi.
Nilai tukar rupiah tercatat melemah pada pembukaan perdagangan Rabu (25/10/2023) pagi di pasar spot. Mata uang rupiah dibuka melemah 0,09% ke Rp 15.860/US$, setelah pada penutupan perdagangan Selasa (24/10/2023) kemarin berakhir di angka Rp15.845/US$ atau menguat 0,53%.[redaksi@logistiknews.id]