Ramai-ramai Menyoal Parameter Score LPI Indonesia oleh World Bank

  • Share
Kapal MV MSC Tianshan FK151R yang Dinakhodai Jastrzebski Dariusz Grzegorz dengan panjang 334 meter bersandar di terminal IPC TPK Pelabuhan Tanjung Priok pada Kamis (13/1/2022).

LOGISTIKNEWS.ID – Performance pelabuhan/terminal yang layani kegiatan internasional di Indonesia saat ini terus mengalami peningkatan kinerja.

Karenanya, Container Port Performance Index (CPPI) yang direport Bank Dunia atau Word Bank baru-baru ini terhadap kinerja lima pelabuhan di Indonesia yang layani internasional perlu dipertanyakan yakni; di Tanjung Priok Jakarta Tanjung Perak Surabaya, Tanjung Emas Semarang, Belawan Medan, dan Pelabuhan Panjang Lampung.

Apalagi jika world bank menempatkan Pelabuhan Tanjung Priok jauh berada di bawah pelabuhan lainnya di Indonesia sehingga berimbas pada merosotnya logistik performance index (LPI) 2023.

Saat dikonfirmasi Logistiknews.id, Dirut Pelindo Arif Suhartono tidak mau menanggapi lebih jauh soal report LPI 2023 oleh World Bank itu.

Namun, Arif memastikan pihaknya bisa mengkomparasi data secara valid, bahwa sampai kini kinerja atau produktivitas Pelabuhan Tanjung Priok jauh lebih bagus dari pelabuhan-pelabuhan yang lainnya di Indonesia.

“Bicara port performance index dan dari data yang ada bahwa Tanjung Priok jauh lebih bagus dari pelabuhan-pelabuhan yang lainnya. Gampang bagi saya saya untuk menkomparasi hal itu lantaran bicara port performance yakni merujuk pada produktivitas dan port stay. Namun portstay juga dipengaruhi oleh ukuran kapal yang dilayani,” ucap Arif, pada Rabu (19/7/2023).

Dirut Pelindo, Arif Suhartono (kana), saat memberikan penjelasan kepada wartawan di pelabuhan Tanjung Priok, pada Jumat (23/12/2022)-Photo” Akhmad Mabrori/Logistiknews.id

Disisi lain, Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) juga kerap bersuara lantang soal LPI versi World Bank yang rutin terbit setiap dua tahun sekali itu.

ALI-pun selalu menanyakan metoda survey-nya yang dilakukan World Bank dan meminta untuk diperbaiki agar sesuai dengan kondisi geography Indonesia.

“Lagi pula, LPI itu lebih melihat croos border logistics. Alasannya supaya bisa dibandingkan dengan negara lain, termasuk yang disebut sebagai infrastruktur dalam LPI tersebut, adalah yang menuju pelabuhan-pelabuhan laut internasional di masing,-masing negara, dan World Bank selalu berargumentasi agar bisa diperbandingkan antar negara,” ucap Ketua ALI Mahendra Rianto, kepada Logistiknews.id, pada Rabu (19/7/2023).

Untuk itulah, menurut ALI, kita tidak usah risau, jika kita mengetahui apa yang  di survey oleh World Bank itu tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Justru, sebaiknya segera membuat/survey  index versi domestik yang sangat geography Indonesia. Kemudian melakukan action konkrit jangka pendek, menengah dan panjang untuk menurunkan rasio nya karena kita sudah mengetahuu ukurannya.

“Dengan begitu, pada akhirnya kita punya daya sanggah terhadap LPI versi World Bank itu,” tegas Mahendra.

Seperti diketahui, di pelabuhan Tanjung Priok saat ini terdapat lima fasilitas terminal peti kemas yang melayani kegiatan internasional yakni Jakarta International Container Terminal (JICT), TPK Koja, New Priok Container Terminal One (NPCT-1), Terminal 3 Priok dan Mustika Alam Lestari/NPH.

LPI versi World Bank

Bank Dunia (World Bank) melaporkan Logistik Performance Index (LPI) Indonesia menempati peringkat ke 63 dari total 139 negara yang dikaji dengan skor LPI 3,0. Catatan tersebut mengalami penurunan 17 peringkat dibandingkan pada 2018 saat Indonesia menduduki urutan ke-46 dengan skor LPI 3,15.

Kinerja LPI itu dihitung berdasarkan enam dimensi, yakni customs, infrastructure, international shipments, logistics competence and quality, timelines, dan tracking & tracing.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marvest) Luhut Binsar Pandjaitan, angkat bicara terkait penurunan kinerja Logistics Performance Index (LPI) Indonesia pada 2023. Dia pun menyebut akan memanggil Bank Dunia (World Bank) untuk membahas laporan tersebut

Menko Marvest mengatakan dia ingin menanyakan kepada Bank Dunia terkait aspek-aspek yang menjadi kelemahan Indonesia sehingga kinerja logistik nasional melemah.

“Nanti saya akan panggil [Bank Dunia], kita harus tahu di mana kekurangannya dan harus transparan,” kata Luhut saat menjadi pembicara kunci saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi Stranas PK “Kok Bisa Rapor Logistik Turun Saat Pelabuhan di Indonesia 20 Besar Terbaik di Dunia” di Gedung Juang KPK, Selasa (18/7/2023).

Luhut menyebut penilaian terhadap kinerja logistik di Indonesia tidak adil jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura. Pasalnya, jumlah dan tingkat pelayanan pada pelabuhan-pelabuhan Indonesia berbeda dibandingkan dengan Singapura.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengomentari kinerja logistik Indonesia yang secara umum menurun berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) Indonesia yang dilaporkan bank dunia tahun ini.

Menkeu menyebut LPI Indonesia masih perlu diperbaiki terutama pada empat indikator yang mengalami penurunan, yaitu international shipments, logistics competence and quality, timelines, serta tracking and tracing.

“Kinerja logistik bergantung pada koordinasi antar Kementerian dan Lembaga (K/L) dalam menyederhanakan setiap prosesnya, sehingga upaya terus menerus memperbaiki sinergi K/L dalam rangka menyederhanakan pelayanan itu menjadi salah satu keharusan,” ujar Menkeu Sri Mulyani saat peluncuran Sistem Indonesia National Single Window (SINSW) Generasi Kedua di Jakarta pada awal Juni lalu▪︎[redaksi@logistiknews.id]

  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *